TEMPO.CO, Jakarta - Bio Farma menargetkan bisa mengajukan Emergency Use Authorization pada Januari 2021, sehingga bisa langsung memproduksi vaksin Covid-19 di Indonesia. Bio Farma kini sedang menunggu hasil imunogenisitas, keamanan dan efikasi dari uji klinis atas vaksin tersebut dari tim di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Uji klinis fase tiga atau final vaksin itu sudah berjalan sebulan melibatkan 1.447 relawan per Rabu 30 September 2020 dan Bio Farma berencana membawa laporan sementaranya untuk pengajuan otorisasi penggunaan darurat tersebut ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Rencana dan tahapan ini diungkap Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, lewat keterangan yang dibagikannya, Rabu.
Honesti juga mengungkapkan kalau bersamaan dengan proses itu, BPOM dijadwalkan melakukan visi audit proses produksi vaksin itu ke pengembangnya langsung yakni Sinovac Biotech di Beijing pada November 2020 ini. Selain juga audit ke fasilitas produksi vaksin milik Bio Farma.
“Bio Farma juga akan melakukan audit inspeksi ke Sinovac, yang rencananya akan dilaksanakan sebelum pelaksanaan audit BPOM,” kata Honesti.
Pekerja menjalankan mesin di bagian pengepakan vaksin di salah satu area yang akan jadi alur produksi vaksin SARS-CoV-2 di PT Bio Farma, Bandung, Rabu, 12 Agustus 2020. TEMPO/Prima mulia
Adapun perwakilan Sinovac Biotech disebutkannya telah mengunjungi Bio Farma, 21-23 September lalu. Rombongan yang dipimpin Senior Director Sinovac, Yang Guang, membicarakan pelaksanaan transfer teknologi proses produksi, pengujian mutu vaksin Covid-19, serta kesiapan Bio Farma memproduksi bulk vaksin Covid-19 Sinovac.
Baca juga:
Oktober, Bumi akan Memiliki Bulan Mini Baru di Luar Angkasa
Rencananya, Honesti menjelaskan, Bio Farma sudah akan menyiapkan lini produksi vaksin mulai November hingga Desember 2020. Bio Farma menargetkan kapasitas produksi vaksin menembus 250 juta dosis pada 2021.--melampaui kapasitas produksi vaksinnya yang tahun ini 100 juta dosis.